Galau (noun) is a term developed by Indonesians to express a state of
intense emotion where they are led to believe that they live in an
extremely sad world.
Truth be told, gue ga setuju sama existensi kata galau. Kata banyak
orang, kalau ga galau berarti ga manusia. Lah… Kenapa begini? Gue, jujur
di kata, ga suka dengan orang yang galau. Energi yang terpancar dari
tulisan-tulisan mereka negatif, pemikiran mereka negatif. Kalau ga
negatif, ya sedih.
Bukannya gue ga suka dengan adanya emosi tapi, ya, galau ga akan bawa
lo kemana-mana. Masalah ga akan hilang dengan lo menjadi galau.
Lagipula bukan lo satu-satunya orang yang punya masalah di dunia ini.
Coba tarik pandangan lo keluar, masih banyak kok yang punya masalah
juga.
I have a couple rule-of-thumb when it comes to being “Galau”:
1. Galau tidak boleh lebih dari 5 menit. Why? Karena kalau lo terlalu
lama berada dalam kondisi yang down, kapan lo bisa jadi kuat? Yang lo
butuhkan sekarang kalau memang sedang dalam masalah adalah mencari
penyelesaian masalah itu bukan memupuk persaan penyesalan. Mau sedih
selamanya, masalah akan tetap ada. Galau lima menit itu acceptable
karena memang semua orang pasti ada waktu down, pasti butuh waktu untuk
menangis, untuk mengeluarkan emosi. Tapi masalah ga akan bisa
diselesaikan dengan emosi. Jadi lepaskan lah semua itu dulu, nangis lima
menit, marah marah lima menit, diam lima menit. Habis itu you got to
get back up on your two feet and face the problem. Kalau ga lo ga akan
kemana-mana. Dijamin.
2. Kalau galau, lebih baik seluruh dunia tidak usah di beri tahu,
saudara-saudara. Lemah itu memang tidak salah. Semua orang punya cerita,
semua orang menderita every now and then. Tapi itu adalah struggle lo
sendiri. Solve it on your own and then you would have personal strength.
Ga semua penyelesaian datang dari orang lain atau faktor-faktor
external. Sometimes all it takes is a little quite time with you, your
mind, and your heart.
3Jangan pasang lagu yang equally sad. Bikin kesel ini kadang-kadang.
Udah tau sedih, pasang lagu sedih. Get your feet right back up and pump
your blood back to your head. Hal terakhir yang lo perlu adalah
lagu-lagu mellow yang menjatuhkan lo lagi kedalam lubang kegalauan.
4. Call your bestfriend, the person who you can rely on. Cari satu
orang, SATU orang, yang bisa lo jadikan sebagai sanggahan kekuatan. Tapi
lo harus bear in mind kalau manusia ga bisa selalu selamanya bersama
lo. Tapi secara kita diciptakan sebagai mahluk sosial, its wise untuk
punya satu orang yang bisa di percaya dan di andalkan. Kenapa cuma satu
orang? Karena people talk. Makin banyak orang tau, makin besarlah
masalahmu. You want to avoid this situation at all cost karena kalau
tidak masalah lo yang sebenarnya tidak sebesar apa yang lo kira, menjadi
besar daaann… menjadi bahan omongan orang.
5. When all fails, get down on your knees and pray. Kenapa? Karena
kadang-kadang masalah yang kita hadapin ga akan ada solusinya. Its too
big for us to solve, its too big for anyone to solve. Biarpun lo cerita
ke sejuta umat, mereka tidak akan bisa menyelesaikan masalah itu untuk
lo. Sometimes you are faced with situations where you are at a point
where you feel most alone, and THAT, my friend, is when you would have
to toughen up and fight your own battle. Ga akan ada elemen external
yang akan bisa menolong lo. Drugs, alcohol, you name it, tidak akan
menyingkirkan masalah. Mungkin untuk semalam lo bisa lupa tentang
masalah lo but when you wake up the next day with a massive hang over,
the problem would still be there. Dan pada saat itu, lo akan harus
mengambil keputusan whether to go back to being galau and find a
stronger substance to help you forget atau lo akan menguatkan diri lo
dan mulai membereskan the mess you’ve made. Keputusan akan ada di tangan
lo.
Merasa down itu is a very human behaviour. Semua pasti pernah tapi
some choose to get back up in order to walk further in treading the road
to life sementara beberapa orang memilih untuk tinggal diam di dalam
mentalitas kesedihan dan self-pity. Semua keputusan ada di tangan lo,
selalu. Hidup ini kan punya lo. Hak ada di tangan lo. Question is apakah
lo mau jalan lebih jauh, mendaki gunung kehidupan yang lebih tinggi?
Mau jadi sukses dalam hidup? Mau mejadi penyelesai masalah? Mau
berprestasi? Ga gampang. Pasti akan ada waktu dimana lo akan di tampar
kiri-kanan dengan kekerasan kehidupan, dan di situ adalah tempat
penentuan seberapa layaknya sih lo bisa kuat menghadapi kehidupan yang
sebenarnya.